Minggu, 21 Oktober 2012
Kliping Pengertian dan Jenis Kata
Selamat Datang, Jangan Lupa Komentar
Paragraf (Alenia) merupakan kumpulan suatu kesatuan pikiran yang lebih tinggi dan lebih luas dari pada kalimat. Alenia merupakan kumpulan kalimat, tetapi kalimat yang bukan sekedar berkumpul, melainkan berhubungan antara yang satu dengan yang lain dalam suatu rangkaian yang membentuk suatu kalimat, dan juga bisa disebut dengan penuangan ide penulis melalui kalimat atau kumpulan alimat yang satu dengan yang lain yang berkaitan dan hanya memiliki suatu topic atau tema. Paragraf juga disebut sebagai karangan singkat.
Deduktif dan Induktif (campuran)
KLIPPING
BAHASA
INDONESIA
D
I
S
U
S
U
N
nOleh:
NAMA :
ARINI
KELAS : X4
SMA
SMA NEGERI 1 BANDAR
T.A. 2012/2013
PENGERTIAN DAN JENIS-JENIS KATA
KATA
Kata adalah satuan bahasa terkecil yang berdiri sendiri serta memilki makna
yang bebas. Dari pengertian tersebut ciri-ciri kata adalah :
Satuan bahasa terkecil,
Dapat berdiri sendiri dalam penggunaan bahasa, dan
Memiliki makna yang bebas.
Kata adalah satuan bahasa terkecil yang berdiri sendiri serta memilki makna
yang bebas. Dari pengertian tersebut ciri-ciri kata adalah :
Satuan bahasa terkecil,
Dapat berdiri sendiri dalam penggunaan bahasa, dan
Memiliki makna yang bebas.
1. JENIS-JENIS KELAS KATA
1.1 KATA KERJA
Kata kerja (Verba) adalah kata yang menyatakan makna perbuatan, pekerjaan,
tindakan, atau keadan.
a. Ciri-ciri kata kerja adalah sebagai berikut :
Kata kerja umumnya menepati fungsi predikat dalam kalimat.
Contoh :Kucing mengeong. (mengeong = kata kerja)
1.1 KATA KERJA
Kata kerja (Verba) adalah kata yang menyatakan makna perbuatan, pekerjaan,
tindakan, atau keadan.
a. Ciri-ciri kata kerja adalah sebagai berikut :
Kata kerja umumnya menepati fungsi predikat dalam kalimat.
Contoh :Kucing mengeong. (mengeong = kata kerja)
S P
Dapat didahului oleh kata keterangan akan, sedang, dan sudah.
Contoh : Mereka akan menempati rumah itu
S P O
Dapat didahului oleh kata tidak
Contoh : Tidak sehat, tidak makan
Dapat didahului oleh kata keterangan akan, sedang, dan sudah.
Contoh : Mereka akan menempati rumah itu
S P O
Dapat didahului oleh kata tidak
Contoh : Tidak sehat, tidak makan
.
b. Jenis-jenis kata kerja
b.1 Berdasarkan bentuknya
b. Jenis-jenis kata kerja
b.1 Berdasarkan bentuknya
Kata kerja bentuk dasar, contoh: makan,
minum.
Kata kerja bentuk turunan, contoh: lari-lari, bolak-balik.
Kata kerja bentuk pemajemukan, contoh:bertanggung jawab, membagi rata.
Kata kerja bentuk pengimbuhan, contoh: membaca, mempermainkan.
Kata kerja bentuk turunan, contoh: lari-lari, bolak-balik.
Kata kerja bentuk pemajemukan, contoh:bertanggung jawab, membagi rata.
Kata kerja bentuk pengimbuhan, contoh: membaca, mempermainkan.
b.2 Berdasarkan maknanya
Transitif-intrasitif
Ditinjau dari hubungannya dalam kalimat, kata kerja dapat dibedakan atas:
1. Kata transitif, yakni kata kerja yang memerlukan objek atau pelengkap.
Contoh: Kucing itu menagkap burung merpati.
S P O
2. Kata kerja intransitif yakni kata kerja yang tidak memerlukan objek
ataupun pelengkap.
3. Kata kerja aktif, contoh: membaca.
4. Kata kerja pasif, contoh: diminum.
Transitif-intrasitif
Ditinjau dari hubungannya dalam kalimat, kata kerja dapat dibedakan atas:
1. Kata transitif, yakni kata kerja yang memerlukan objek atau pelengkap.
Contoh: Kucing itu menagkap burung merpati.
S P O
2. Kata kerja intransitif yakni kata kerja yang tidak memerlukan objek
ataupun pelengkap.
3. Kata kerja aktif, contoh: membaca.
4. Kata kerja pasif, contoh: diminum.
1.2 KATA BENDA
Kata benda (nomina) adalah kata yang mengacu pada manusia,binatang,benda,dan
konsep atau pengertian.
Ciri-ciri:
Dalam kalimat yang berpredikat kata kerja, kata benda cenderung menduduki
fungsi subjek, objek, atau perlengkapan, contoh : Ibu membelikan adik baju
baru.
Kata benda (nomina) adalah kata yang mengacu pada manusia,binatang,benda,dan
konsep atau pengertian.
Ciri-ciri:
Dalam kalimat yang berpredikat kata kerja, kata benda cenderung menduduki
fungsi subjek, objek, atau perlengkapan, contoh : Ibu membelikan adik baju
baru.
S P O Pel.
Kata benda tidak dapat didahului oleh kata ingkar tidak.kata ibu, adik, dan baju.
Adalah kata benda sebab tidak dapat didahului oleh kata tidak.bentuk ingkar
kata benda adalah kata bukan. Jadi, yang benar adalah Bukan Ibu Yang
Membelikan adik baju baru. Kalimat, “tidak ibu yang membelikan baju
baru”mewrupakan contoh kalimat yang salah.
Kata benda dapat diikuti oleh kata sifat dengan menggunakan kata yang.
Contoh : Ibu yang baik hati
Adik yang manis
Kata benda tidak dapat didahului oleh kata ingkar tidak.kata ibu, adik, dan baju.
Adalah kata benda sebab tidak dapat didahului oleh kata tidak.bentuk ingkar
kata benda adalah kata bukan. Jadi, yang benar adalah Bukan Ibu Yang
Membelikan adik baju baru. Kalimat, “tidak ibu yang membelikan baju
baru”mewrupakan contoh kalimat yang salah.
Kata benda dapat diikuti oleh kata sifat dengan menggunakan kata yang.
Contoh : Ibu yang baik hati
Adik yang manis
b. Jenis-jenis kata benda
b.1 Kata benda konkret dan abstrak
Kata benda konkret adalah nama benda yang dapat ditangkap dengan panca
indera.
Kata benda konkret terbagi dalam beberapa macam :
Nama diri
: Hasan, Bandung, Musi
Nama jenis
: Binatang. Meja, ayam
Nama himpunan : ASEAN, KONI, PBB.
Nama zat
: emas, perak, minyak air, uap.
Kata benda abstrak adalah nama-nama benda yang tidak dapat dapat ditangkap
dengan panca indera, contoh : Kebahagiaan, pembelian, penghijauan.
b.1 Kata benda konkret dan abstrak
Kata benda konkret adalah nama benda yang dapat ditangkap dengan panca
indera.
Kata benda konkret terbagi dalam beberapa macam :
Nama diri
: Hasan, Bandung, Musi
Nama jenis
: Binatang. Meja, ayam
Nama himpunan : ASEAN, KONI, PBB.
Nama zat
: emas, perak, minyak air, uap.
Kata benda abstrak adalah nama-nama benda yang tidak dapat dapat ditangkap
dengan panca indera, contoh : Kebahagiaan, pembelian, penghijauan.
b.2 Kata benda bentuk dasar dan kata
benda turunan.
Kata benda bentuk dasar, contoh : gambar Pisau
Kata benda bentuk turunan
Contoh : Pengimbuhan Perulangan
Pemajemukan
kendaraan
mobil-mobilan
kutu buku
perumahan
rumah-rumah
darah
daging
Kata benda bentuk dasar, contoh : gambar Pisau
Kata benda bentuk turunan
Contoh : Pengimbuhan Perulangan
Pemajemukan
kendaraan
mobil-mobilan
kutu buku
perumahan
rumah-rumah
darah
daging
1.3 KATA SIFAT
Kata sifat (adjektiva) adalah kata yang dipakai untuk mengungkapkan sifat atau
keadaan orang, binatang, atau benda.
Kata sifat (adjektiva) adalah kata yang dipakai untuk mengungkapkan sifat atau
keadaan orang, binatang, atau benda.
a. Ciri-ciri kata sifat
Dapat diberi keterangan pembanding,seperti lebih, kurang,paling.
Contoh : lebih besar, kurang paham, paling pandai
Dapat diberi keterangan penguat seperti sangat,sekali terlalu.
Contoh : sangat bagus, murah sekali, terlalu mahal
Dapat diingkari dengan kata ingkar tidak.
Contoh : tidak malas, tidak putih
Dapat diulang dengan awalan Se- dan akhiran –nya
Contoh : sebaik-baiknya, secepat-cepatnya
Pada kata tertentu ditandai oleh akhiran –i, wi, iah,if.
Contoh : Insani
Alamiah
Manusiawi
Progresif
Dapat diberi keterangan pembanding,seperti lebih, kurang,paling.
Contoh : lebih besar, kurang paham, paling pandai
Dapat diberi keterangan penguat seperti sangat,sekali terlalu.
Contoh : sangat bagus, murah sekali, terlalu mahal
Dapat diingkari dengan kata ingkar tidak.
Contoh : tidak malas, tidak putih
Dapat diulang dengan awalan Se- dan akhiran –nya
Contoh : sebaik-baiknya, secepat-cepatnya
Pada kata tertentu ditandai oleh akhiran –i, wi, iah,if.
Contoh : Insani
Alamiah
Manusiawi
Progresif
b. Jenis-jenis kata sifat
b.1 Kata sifat bentuk dasar
Contoh : asin, cerah, kecil, malang
b.1 Kata sifat bentuk dasar
Contoh : asin, cerah, kecil, malang
b.2 Kata sifat bentuk turunan.
Pengimbuhan Perulangan Pemajemukan
Alami
Kekanak-kanakan Berat lidah
Insani
Kebelanda-belandaan Besar mulut
Pengimbuhan Perulangan Pemajemukan
Alami
Kekanak-kanakan Berat lidah
Insani
Kebelanda-belandaan Besar mulut
1.4 KATA KETERANGAN
Kata keterangan (adverbial) adalah kata yang memberi keterangan pada kata
lainnya.
a. Berdasarkan bentuknya
1. Kata keterangan bentuk dasar
Contoh : sangat, lebih, hanya, terlalu
2. Kata keterangan bentuk turunan
Contoh : diam-diam, agaknya, rupanya
Kata keterangan (adverbial) adalah kata yang memberi keterangan pada kata
lainnya.
a. Berdasarkan bentuknya
1. Kata keterangan bentuk dasar
Contoh : sangat, lebih, hanya, terlalu
2. Kata keterangan bentuk turunan
Contoh : diam-diam, agaknya, rupanya
b. Berdasarkan letaknya
1. Mendahului kata yang diterangkan
Contoh : lebih tinggi, sangat indah, terlalu bodoh, hanya menulis
2. Mengikuti kata yang diterangkan
Contoh : tampan nian, duduk saja
3. Dapat mengikuti atau mendahului kata yang diterangkan
Contoh : lekas-lekas pulang, pulang lekas-lekas
1. Mendahului kata yang diterangkan
Contoh : lebih tinggi, sangat indah, terlalu bodoh, hanya menulis
2. Mengikuti kata yang diterangkan
Contoh : tampan nian, duduk saja
3. Dapat mengikuti atau mendahului kata yang diterangkan
Contoh : lekas-lekas pulang, pulang lekas-lekas
1.5 KATA GANTI (PRONOMINA)
Kata yang menggantikan kata benda atau kata yang dibendakan. Kata ganti
dibedakan atas berikut ini :
a. Kata ganti orang
Perhatikan tabel berikut ini :
Persona
Makna
Tunggal
Jamak
Pertama Saya, Aku, Daku, ku
Kami, kita
Kedua Engkau, kamu, anda, dikau,
kau-, -mu.
Kalian, kamu sekalian, anda
sekalian
Ketiga Ia, dia, beliau, -nya Mereka
Kata yang menggantikan kata benda atau kata yang dibendakan. Kata ganti
dibedakan atas berikut ini :
a. Kata ganti orang
Perhatikan tabel berikut ini :
Persona
Makna
Tunggal
Jamak
Pertama Saya, Aku, Daku, ku
Kami, kita
Kedua Engkau, kamu, anda, dikau,
kau-, -mu.
Kalian, kamu sekalian, anda
sekalian
Ketiga Ia, dia, beliau, -nya Mereka
b. Kata ganti penunjuk
Penunjuk umum : ini, itu
Penunjuk tempat : sini,sana, situ
Penunjuk ikhwal : begini,begitu
Penunjuk tak tentu : sesuatu,seseorang.
Penunjuk umum : ini, itu
Penunjuk tempat : sini,sana, situ
Penunjuk ikhwal : begini,begitu
Penunjuk tak tentu : sesuatu,seseorang.
c. Kata ganti Tanya
Kata Tanya
Yang Ditanyakan
Siapa
Orang
Apa
Barang
Mana
Pilihan
Mengapa
Alasan, sebab-sebab, pendapat
Kapan, bila, bilamana Waktu
Di mana, ke mana, dari mana Tempat
Bagaimana
Cara
Berapa, ke berapa Jumlah, urutan
Kata Tanya
Yang Ditanyakan
Siapa
Orang
Apa
Barang
Mana
Pilihan
Mengapa
Alasan, sebab-sebab, pendapat
Kapan, bila, bilamana Waktu
Di mana, ke mana, dari mana Tempat
Bagaimana
Cara
Berapa, ke berapa Jumlah, urutan
KATA TUGAS
1.1 KATA SANDANG (Artikula/artikel)
Kata yang fungsinya sebagai penentu bagi kata benda. Kata sandang terbagi dalam
beberapa jenis berikut :
Mengacu pada makna tunggal, contoh : sang,.
Mengacu pada makna kelompok, contoh : para
Bermakna netral, contoh : si
Bermakna khusus. Contoh: hang, sri, dang
1.1 KATA SANDANG (Artikula/artikel)
Kata yang fungsinya sebagai penentu bagi kata benda. Kata sandang terbagi dalam
beberapa jenis berikut :
Mengacu pada makna tunggal, contoh : sang,.
Mengacu pada makna kelompok, contoh : para
Bermakna netral, contoh : si
Bermakna khusus. Contoh: hang, sri, dang
1.2 KATA SERU
Kata seru (intenjeksi) adalah kata yang mengungkapkan cetusan perasaan atau
luapan emosi.kata seru ini digunakan untuk memperkuat rasa
kagum,sedih,heran,jengkel.
Kata seru mengacu pada nada atau sikap berikut.
Bernada negatif, yakni cih, cis, bah, ih, idih, brengsek, sialan.
Bernada positif, yakni aduhai, amboi, asyik, alhamdulillah, subhanallah, hore
Bernada keheranan, yakni ai, lho, astagfirullah, masyaallah
Bernada netral, yakni ha ,halo ,he ,wahai ,wah, nah, ah, eh, oh, ya, aduh, hem
Kata seru (intenjeksi) adalah kata yang mengungkapkan cetusan perasaan atau
luapan emosi.kata seru ini digunakan untuk memperkuat rasa
kagum,sedih,heran,jengkel.
Kata seru mengacu pada nada atau sikap berikut.
Bernada negatif, yakni cih, cis, bah, ih, idih, brengsek, sialan.
Bernada positif, yakni aduhai, amboi, asyik, alhamdulillah, subhanallah, hore
Bernada keheranan, yakni ai, lho, astagfirullah, masyaallah
Bernada netral, yakni ha ,halo ,he ,wahai ,wah, nah, ah, eh, oh, ya, aduh, hem
1.3 KATA BILANGAN
Kata bilangan (numeralia) adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya
wujud (orang,binatang benda) dan konsep. Kata bilangan dapat dibedakan atas:
Kata bilangan pokok, contoh : nol, lima.
2. Kata bilangan tingkat, contoh : kesatu, kedua, ketiga
3. Kata bilangan pecahan, contoh : seperdua, setengah
Kata bilangan (numeralia) adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya
wujud (orang,binatang benda) dan konsep. Kata bilangan dapat dibedakan atas:
Kata bilangan pokok, contoh : nol, lima.
2. Kata bilangan tingkat, contoh : kesatu, kedua, ketiga
3. Kata bilangan pecahan, contoh : seperdua, setengah
1.4 KATA DEPAN (preposisi)
Kata depan atau preposisi adalah kata yang selalu berada di depan kata benda,
kata sifat, atau kata kerja untuk membentuk gabungan kata depan (frasa
preposisional). Kata depan dibedakan atas:
A. Preposisi dasar: di, ke, dari, akan, antara, kecuali, bagi, dalam, daripada,
tentang, pada, tanpa, untuk, demi, atas, depan, dekat.
B. Preposisi turunan, terdiri atas:
gabungan preposisi dan preposisi à di depan, ke belakang, dari muka.
· Gabungan preposisi + prposisi + non-preposisi à di atas rumah, dari
dalam kerumunan.
· Gabungan preposisi + kelas kata + preposisi + kelas kata à dari rumah
ke jalan, dari Bogor sampai Jakarta, dari pagi hingga petang.
C. Preposisi yang menunjukkan ruang lingkup: sekeliling, sekitar, sepanjang,
seputar.
Kata depan atau preposisi adalah kata yang selalu berada di depan kata benda,
kata sifat, atau kata kerja untuk membentuk gabungan kata depan (frasa
preposisional). Kata depan dibedakan atas:
A. Preposisi dasar: di, ke, dari, akan, antara, kecuali, bagi, dalam, daripada,
tentang, pada, tanpa, untuk, demi, atas, depan, dekat.
B. Preposisi turunan, terdiri atas:
gabungan preposisi dan preposisi à di depan, ke belakang, dari muka.
· Gabungan preposisi + prposisi + non-preposisi à di atas rumah, dari
dalam kerumunan.
· Gabungan preposisi + kelas kata + preposisi + kelas kata à dari rumah
ke jalan, dari Bogor sampai Jakarta, dari pagi hingga petang.
C. Preposisi yang menunjukkan ruang lingkup: sekeliling, sekitar, sepanjang,
seputar.
1.5 KATA HUBUNG (Konjungsi)
Kata hubung adalah kata yang menghubungkan dua kata atau kalimat. Kata ini
terdiri atas:
1. Konjungsi penambahan: dan, dan lagi,
tambahan lagi, lagi pula.
2. Konjungsi urutan: lalu, lantas, kemudian,
setelah itu.
3. Konjungsi pilihan: atau.
4. Konjungsi lawan: tetapi, sedangkan, namun,
sebaliknya.
5. Konjungsi waktu: ketika, sejak, saat, dan
lain-lain.
6. Konjungsi sebab akibat: karena, karena itu,
akibatnya, dll.
7. konjungsi persyaratan: asalkan, jikalau,
kalau, dll.
8. Konjungsi pengandaian: andaikata,
andaikan, seandainya, seumpamanya.
9. Konjungsi harapan/tujuan: agar, supaya,
hingga.
10. Konjungsi perluasan: yang.
11. Konjungsi pengantar objek: bahwa.
12. Konjungsi penegasan: bahkan dan malahan.
13. Konjungsi pengantar wacana: adapun, maka,
jadi.
Kata hubung adalah kata yang menghubungkan dua kata atau kalimat. Kata ini
terdiri atas:
1. Konjungsi penambahan: dan, dan lagi,
tambahan lagi, lagi pula.
2. Konjungsi urutan: lalu, lantas, kemudian,
setelah itu.
3. Konjungsi pilihan: atau.
4. Konjungsi lawan: tetapi, sedangkan, namun,
sebaliknya.
5. Konjungsi waktu: ketika, sejak, saat, dan
lain-lain.
6. Konjungsi sebab akibat: karena, karena itu,
akibatnya, dll.
7. konjungsi persyaratan: asalkan, jikalau,
kalau, dll.
8. Konjungsi pengandaian: andaikata,
andaikan, seandainya, seumpamanya.
9. Konjungsi harapan/tujuan: agar, supaya,
hingga.
10. Konjungsi perluasan: yang.
11. Konjungsi pengantar objek: bahwa.
12. Konjungsi penegasan: bahkan dan malahan.
13. Konjungsi pengantar wacana: adapun, maka,
jadi.
1.6 PARTIKEL
Partikel adalah kategori atau unsure yang bertugas memulai, memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan sebuah kalimat dalam komunikasi. Unsure ini
digunakan dalam kalimat Tanya, perintah, dan pernyataan (berita).
Macam-macam
partikel: kah, kan, deh, lah, dong, kek, pun, toh, yah.
Partikel adalah kategori atau unsure yang bertugas memulai, memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan sebuah kalimat dalam komunikasi. Unsure ini
digunakan dalam kalimat Tanya, perintah, dan pernyataan (berita).
Macam-macam
partikel: kah, kan, deh, lah, dong, kek, pun, toh, yah.
PENGERTIAN FRASE
Frase
Frase adalah satuan gramatik yang
terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi. Misalnya:
akan datang, kemarin pagi, yang sedang menulis. Dari batasan di atas dapatlah
dikemukakan bahwa frase mempunyai dua sifat, yaitu
a. Frase merupakan
satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih.
b. Frase merupakan
satuan yang tidak melebihi batas fungsi unsur klausa , maksudnya frase itu
selalu terdapat dalam satu fungsi unsur klausa yaitu: S, P, O, atau K.
Macam-macam frase:
A. Frase endosentrik
Frase endosentrik adalah frase yang
mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya. Frase endosentrik dapat dibedakan
menjadi tiga golongan yaitu:
1. Frase
endosentrik yang koordinatif, yaitu: frase yang terdiri dari unsur-unsur yang
setara, ini dibuktikan oleh kemungkinan unsur-unsur itu dihubungkan dengan kata
penghubung.
Misalnya: kakek-nenek
pembinaan dan pengembangan
laki
bini belajar
atau bekerja
2. Frase
endosentrik yang atributif, yaitu frase yang terdiri dari unsur-unsur
yang tidak setara. Karena itu, unsur-unsurnya tidak mungkin dihubungkan.
Misalnya: perjalanan
panjang
hari
libur
Perjalanan, hari merupakan unsur
pusat, yaitu: unsur yang secara distribusional sama dengan seluruh frase dan
secara semantik merupakan unsur terpenting, sedangkan unsur lainnya merupakan
atributif.
3. Frase
endosentrik yang apositif: frase yang atributnya berupa aposisi/ keterangan
tambahan.
Misalnya: Susi, anak Pak Saleh,
sangat pandai.
Dalam frase Susi, anak Pak Saleh
secara sematik unsur yang satu, dalam hal ini unsur anak Pak Saleh, sama dengan
unsur lainnya, yaitu Susi. Karena, unsur anak Pak Saleh dapat menggantikan
unsur Susi. Perhatikan jajaran berikut:
Susi, anak Pak Saleh, sangat pandai
Susi, …., sangat pandai.
…., anak Pak Saleh sangat pandai.
Unsur Susi merupakan unsur pusat,
sedangkan unsur anak Pak Saleh merupakan aposisi (Ap).
B. Frase
Eksosentrik
Frase eksosentrik ialah frase yang
tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya.
Misalnya:
Siswa kelas 1A sedang bergotong
royong di dalam kelas.
Frase di dalam kelas tidak mempunyai
distribusi yang sama dengan unsurnya. Ketidaksamaan itu dapat dilihat dari
jajaran berikut:
Siswa kelas 1A sedang bergotong royong di ….
Siswa kelas 1A sedang bergotong royong …. kelas
C. Frase Nominal, frase
Verbal, frase Bilangan, frase Keterangan.
1. Frase Nominal: frase yang
memiliki distributif yang sama dengan kata nominal. Misalnya: baju baru, rumah
sakit
2. Frase Verbal: frase yang
mempunyai distribusi yang sama dengan golongan kata verbal.Misalnya: akan
berlayar
3. Frase Bilangan: frase yang
mempunyai distribusi yang sama dengan kata bilangan. Misalnya: dua butir telur,
sepuluh keping
4. Frase Keterangan: frase yang
mempunyai distribusi yang sama dengan kata keterangan.Misalnya: tadi pagi,
besok sore
5. Frase Depan: frase yang
terdiri dari kata depan sebagai penanda, diikuti oleh kata atau frase sebagai aksinnya.Misalnya:
di halaman sekolah, dari desa
D. Frase Ambigu
Frase ambigu artinya kegandaan makna
yang menimbulkan keraguan atau mengaburkan maksud kalimat. Makna ganda seperti
itu disebut ambigu.
Misalnya: Perusahaan pakaian milik
perancang busana wanita terkenal, tempat mamaku bekerja, berbaik hati mau
melunaskan semua tunggakan sekolahku.
Frase perancang busana wanita dapat
menimbulkan pengertian ganda:
1.
Perancang busana yang berjenis kelamin wanita.
2.
Perancang yang menciptakan model busana untuk wanita.
PENGERTIAN KALIMAT
Kalimat
adalah gabungan dari dua buah kata atau lebih yang menghasilkan suatu
pengertian dan pola intonasi akhir. Kalimat dapat dibagi-bagi lagi berdasarkan
jenis dan fungsinya yang akan dijelaskan pada bagian lain. Contohnya seperti
kalimat lengkap, kalimat tidak lengkap, kalimat pasif, kalimat perintah,
kalimat majemuk, dan lain sebagainya. Berikut ini adalah contoh kalimat secara
umum : – Joy Tobing adalah pemenang lomba Indonesian Idol yang pertama. –
Pergi! – Bang Napi dihadiahi timah panas oleh polisi yang mabok minuman keras
itu. – The Samsons sedang konser tunggal di pinggir pantai ancol yang sejuk dan
indah. Setiap kalimat memiliki unsur penyusun kalimat. Gabungan dari
unsur-unsur kalimat akan membentuk kalimat yang mengandung arti. Unsur-unsur
inti kalimat antara lain SPOK : – Subjek / Subyek (S) – Predikat (P) – Objek /
Obyek (O) – Keterangan (K)
1. Predikat
(P)
Predikat dalam pandangan aliran struktural dianggap unsur yang paling penting dan merupakan inti kalimat. Predikat dalam bahasa Indonesia bisa berwujud kata atau frasa verbal, adjektival, nominal, numeral, dan preposisional.
Perhatikan beberapa contoh kalimat di bawah ini:
a. Yasmina duduk-duduk di ruang tamu.
b. Anda dan saya tidak harus pergi sekarang.
c. Letusan Gunung Merapi keras sekali.
d. Makanan itu mahal.
e. Ayah saya guru bahasa Indonesia.
f. Anda guru?
g. Anak kami tiga .
h. Peserta audisi itu puluhan ribu orang.
i. Dia dari Medan
j. Pak Nurdin ke Saudi.
Predikat dalam pandangan aliran struktural dianggap unsur yang paling penting dan merupakan inti kalimat. Predikat dalam bahasa Indonesia bisa berwujud kata atau frasa verbal, adjektival, nominal, numeral, dan preposisional.
Perhatikan beberapa contoh kalimat di bawah ini:
a. Yasmina duduk-duduk di ruang tamu.
b. Anda dan saya tidak harus pergi sekarang.
c. Letusan Gunung Merapi keras sekali.
d. Makanan itu mahal.
e. Ayah saya guru bahasa Indonesia.
f. Anda guru?
g. Anak kami tiga .
h. Peserta audisi itu puluhan ribu orang.
i. Dia dari Medan
j. Pak Nurdin ke Saudi.
Pada
sepuluh kalimat di atas, terdapat bagian yang dicetak miring. Ada yang
berbentuk kata maupun frasa (lebih dari satu kata). Kata atau frasa yang
dicetak miring tersebut berfungsi sebagai predikat. Kalimat a dan b adalah
contoh kalimat dengan predikat berkatagori verbal, disebut kalimat verbal.
Kalimat c dan d adalah contoh kalimat dengan predikat berkatagori adjektival,
disebut kalimat adjektival. Kalimat e dan f adalah contoh kalimat dengan
predikat berkatagori nominal, disebut kalimat nominal. Kalimat g dan h adalah
contoh kalimat dengan predikat berkatagori numeral, disebut kalimat numeral.
Kalimat i dan j adalah contoh kalimat dengan predikat berkatagori
preposisional, disebut kalimat preposisional.
2.
Subjek (S)
Disamping
predikat, kalimat umumnya mempunyai unsur yang berfungsi sebagai subjek. Dalam
pola kalimat bahasa Indonesia, subjek biasanya terletak sebelum predikat,
kecuali jenis kalimat inversi. Subjek umumnya berwujud nomina, tetapi pada
kalimat-kalimat tertentu, katagori lain bisa juga mengisi kedudukan subjek.
Pada sepuluh contoh kalimat di atas, kata atau frasa Yasmina, Anda dan saya, letusan Gunung Merapi, makanan itu, ayah saya, anak kami, peserta audisi itu, dia, dan Pak Nurdin berfungsi sebagai subjek. Subjek yang tidak berupa nomina, bisa ditemukan pada contoh kalimat seperti ini:
Pada sepuluh contoh kalimat di atas, kata atau frasa Yasmina, Anda dan saya, letusan Gunung Merapi, makanan itu, ayah saya, anak kami, peserta audisi itu, dia, dan Pak Nurdin berfungsi sebagai subjek. Subjek yang tidak berupa nomina, bisa ditemukan pada contoh kalimat seperti ini:
1. Merokok
merupakan perbuatan mubazir.
2. Berwudlu atau bertayamum harus dilakukan sebelum sholat.
3. Tiga adalah sebuah angka.
4. Sakit bisa dialami semua orang.
2. Berwudlu atau bertayamum harus dilakukan sebelum sholat.
3. Tiga adalah sebuah angka.
4. Sakit bisa dialami semua orang.
3. Objek
(O)
Objek bukan unsur wajib dalam kalimat. Keberadaanya umumnya terletak setelah predikat yang berkatagori verbal transitif. Objek pada kalimat aktif akan berubah menjadi subjek jika kalimatnya dipasifkan. Demikian pula, objek pada kalimat pasif akan menjadi subjek jika kalimatnya dijadikan kalimat aktif. Objek umumnya berkatagori nomina.
Berikut contoh objek dalam kalimat:
a. Dr. Ammar memanggil suster Ane.
b. Adik dibelikan ayah sebuah buku.
c. Kami telah memicarakan hal itu
Suster ane, ayah, sebuah buku, dan hal itu pada tiga kalimat di atas adalah contoh objek. Khusus pada kalimat b. Terdapat dua objek yaitu ayah (objek 1) dan sebuah buku (objek)
Objek bukan unsur wajib dalam kalimat. Keberadaanya umumnya terletak setelah predikat yang berkatagori verbal transitif. Objek pada kalimat aktif akan berubah menjadi subjek jika kalimatnya dipasifkan. Demikian pula, objek pada kalimat pasif akan menjadi subjek jika kalimatnya dijadikan kalimat aktif. Objek umumnya berkatagori nomina.
Berikut contoh objek dalam kalimat:
a. Dr. Ammar memanggil suster Ane.
b. Adik dibelikan ayah sebuah buku.
c. Kami telah memicarakan hal itu
Suster ane, ayah, sebuah buku, dan hal itu pada tiga kalimat di atas adalah contoh objek. Khusus pada kalimat b. Terdapat dua objek yaitu ayah (objek 1) dan sebuah buku (objek)
4.
Pelengkap (PEL)
Pelengkap atau komplemen mirip dengan objek. Perbedaan pelengkap dengan objek adalah ketidakmampuannya menjadi subjek jika kalimatnya yang semula aktif dijadikan pasif. Perhatikan kata-kata yang dicetak miring pada kalimat-kalimat di bawah ini. Kata-kata tersebut berfungsi sebagai pelengkap bukan objek.
Contoh:
a. Indonesia berdasarkan Pancasila
b. Ardi ingin selalu berbuat kebaikan
c. Kaki Cecep tersandung batu.
Pelengkap atau komplemen mirip dengan objek. Perbedaan pelengkap dengan objek adalah ketidakmampuannya menjadi subjek jika kalimatnya yang semula aktif dijadikan pasif. Perhatikan kata-kata yang dicetak miring pada kalimat-kalimat di bawah ini. Kata-kata tersebut berfungsi sebagai pelengkap bukan objek.
Contoh:
a. Indonesia berdasarkan Pancasila
b. Ardi ingin selalu berbuat kebaikan
c. Kaki Cecep tersandung batu.
5.
Keterangan (K)
Unsur kalimat yang tidak menduduki subjek, predidkat, objek, maupun pelengkap dapat diperkirakan menduduki fungsi keterangan. Berbeda dengan O dan PEL. yang pada kalimat selalu terletak dibelakang P, unsur yang berfungsi sebagai keterangan (K) bisa terletak di depan S atau P.
Contoh:
a. Di perpustakaan kami membaca buku itu.
b. Kami membaca buku itu di perpustakaan.
c. Kami /di perpustakaan/ membaca buku itu.
d. Tono mencabut paku dengan tang.
e. Dengan tang Tono mencabut paku.
f. Tono /dengan tang/ mencabut paku.
Pada enam kalimat di atas, tampak bahwa frasa di perpustakaan dan dengan tang yang berfungsi sebagai keterangan mampu ditempatkan di awal maupun di akhir. Khusus jika ditempatkan antara S dan P, cara membacanya (intonasi) harus diubah sedemikian rupa (terutama jeda) agar pemaknaan kalimat tidak keliru.
Dilihat dari bentuknya, keterangan pada sebuah kalimat bisa dikenali dari adanya penggunaan preposisi dan konjungsi (di, ke, dari, kepada, sehingga, supaya, dan sejenisnya.). Akan tetapi, tidak semua keterangan berciri demikian, ada pula keterangan yang berbentuk kata, seperti pada contoh berikut:
a. Kami telah mengengoknya kemarin.
b. Tiga tahun kami telah bekerja sama dengannya.
Unsur kalimat yang tidak menduduki subjek, predidkat, objek, maupun pelengkap dapat diperkirakan menduduki fungsi keterangan. Berbeda dengan O dan PEL. yang pada kalimat selalu terletak dibelakang P, unsur yang berfungsi sebagai keterangan (K) bisa terletak di depan S atau P.
Contoh:
a. Di perpustakaan kami membaca buku itu.
b. Kami membaca buku itu di perpustakaan.
c. Kami /di perpustakaan/ membaca buku itu.
d. Tono mencabut paku dengan tang.
e. Dengan tang Tono mencabut paku.
f. Tono /dengan tang/ mencabut paku.
Pada enam kalimat di atas, tampak bahwa frasa di perpustakaan dan dengan tang yang berfungsi sebagai keterangan mampu ditempatkan di awal maupun di akhir. Khusus jika ditempatkan antara S dan P, cara membacanya (intonasi) harus diubah sedemikian rupa (terutama jeda) agar pemaknaan kalimat tidak keliru.
Dilihat dari bentuknya, keterangan pada sebuah kalimat bisa dikenali dari adanya penggunaan preposisi dan konjungsi (di, ke, dari, kepada, sehingga, supaya, dan sejenisnya.). Akan tetapi, tidak semua keterangan berciri demikian, ada pula keterangan yang berbentuk kata, seperti pada contoh berikut:
a. Kami telah mengengoknya kemarin.
b. Tiga tahun kami telah bekerja sama dengannya.
Jenis-Jenis
Kalimat
A. Berdasarkan
Pengucapan
Kalimat dapat
dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Kalimat
Langsung
Kalimat langsung
adalah kalimat yang secara cermat menirukan ucapan orang. Kalimat langsung juga
dapat diartikan kaliamt yang memberitakan bagaimana ucapan dari orang lain
(orang ketiga). Kalimat ini biasanya ditandai dengan tanda petik dua (“….”) dan
dapat berupa kalimat tanya atau kalimat perintah.
Contoh:
- Ibu
berkata: “Rohan, jangan meletakkan sepatu di sembarang tempat!”
- “Saya
gembira sekali”,kata ayah,”karena kamu lulus ujian”.
2. Kalimat
Tak Langsung
Kalimat tak
langsung adalah kalimat yang menceritakan kembali ucapan atau perkataan
orang lain. Kalimat tak langsung tidak ditandai lagi dengan tanda petik dua dan
sudah dirubah menjadi kalimat berita.
Contoh:
- Ibu
berkata bahwa dia senang sekali karena aku lulus ujian.
- Kakak
berkata bahwa buku itu harus segera dikembalikan.
B.
Berdasarkan Jumlah Frasa (Struktur Gramatikal)
Kalimat dapat
dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1.
Kalimat Tunggal
Kallimat tunggal
adalah kalimat yang memiliki satu pola (klausa) yang terdiri dari satu subjek
dan satu predikat. Kalimat tunggal merupakan kalimat dasar sederhana.
Kalimat-kalimat yang panjang dapat dikembalikan ke dalam kalimat-kalimat dasar
yang sederhana dan dapat juga ditelusuri p0la-pola pembentukannya. Pola-pola
kalimat dasar yang dimaksud adalah:
* KB + KK
(Kata Benda + Kata Kerja)
Contoh: Victoria
bernyanyi
.
S P
Kalimat
tunggal dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Kalimat
nominal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata benda.
Contoh :
Saya siswa kelas VI.
Setiap kalimat
tunggal di atas dapat diperluas dengan menambahkan kata-kata pada
unsur-unsurnya. Dengan penambahan unsur-unsur itu, unsur utama dari kalimat
masih dapat dikenali. Suatu kalimat tunggal dapat diperluas menjadi dua puluh
atau lebih. Perluasan kalimat tesebut terdiri atas:
1. Keterangan
tempat, seperti di sini, dalam ruangan tertutup, lewat Bali, sekeliling kota.
2. Keterangan
waktu, seperti: setiap hari, pada pukul 21.00, tahun depan, kemarin sore,
minggu kedua bulan ini.
3. Keterangan alat
(dengan + kata benda), seperti: dengan linggis, dengan undang-undang itu,
dengan sendok, dengan wesel pos, dengan cek.
4. Keterangan
modalitas, seperti: harus, barangkali, seyogyanya. sesungguhnya, sepatutnya.
5. Keternagan cara
(dengan + kata sifat/kata kerja), seperti: dengan hati-hati, seenaknya saja,
selekas mungkin.
6. Keterangan
aspek, seperti akan, sedang, sudah, dan telah.
7. Keterangan
tujuan, seperti: agar bahagia, untuk anaknya, supaya aman, bagi mereka.
8. Keterangan
sebab, seperti: karena rajin, sebab berkuasa, lantaran panik.
9. Keterangan
aposisi adalah keterangan yang sifatnya menggantikan, seperti: penerima Sepatu
Emas, David Beckham.
10. Frasa yang,
seperti: mahasiswa yang IP-nya 3 ke atas, pemimpin yang memperhatikan rakyat.
Contoh perluasan
kalimat tunggal adalah:
1. Victoria akan
bernyanyi di Las Vegas.
2. Masalahnya
seribu satu yang belum terpecahkan.
3. Ika sangat
rajin menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya.
2.
Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk
terdiri atas dua atau lebih kalimat tunggal yang saling berhubungan baik
kordinasi maupun subordinasi. Kalimat majemuk dapat dibedakan atas 3
jenis, yaitu:
2.1. Kalimat Majemuk Setara (KMS)
Kalimat ini terbentuk
dari 2 atau lebih kalimat tunggal dan kedudukan tiap kalimat sederajat. Kalimat
majemuk setara dapat dikelompokkan ke dalam beberapa bagian, yaitu:
* KMS
Penggabungan. Dua atau lebih kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata dan
atau serta.
Contoh:
- Kami
mencari bahan dan mereka meramunya.
- Ratih dan
Ratna bermain bulu tangkis di halaman rumah.
* KMS
Pertentangan. Dua kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata tetapi, sedangkan,
namun, melainkan. Kedua kalimat tersebut menunjukkan hubungan
pertentangan.
Contoh:
- Indonesia
adalah negara berkembang, sedangkan jepang termasuk negara yang sudah maju.
* KMS Pemilihan.
Dua atau lebih kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata atau.
Contoh:
- Makalah
ini harus dikumpukan besok atau minggu depan.
* KMS Penguatan.
Dua atau lebih kalimat tunggal dihubungkan dengan kata bahkan.
Contoh:
- Dia tidak
hanya cantik, bahkan dia juga sangat baik hati.
* KMS yang
dibentuk dari dua atau lebih kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata lalu
dan kemudian, untuk menandakan suatu kejadian yang berurutan.
Contoh:
- Mula-mula
disebutkan nama-nama juara melukis tingkat SD, kemudian disebutkan nama-nama
juara melukis tingkat SMP.
2.2 Kalimat Majemuk Bertingkat
(KMB)
Kalimat majemuk
setara terdiri atas satu suku kaliamat bebas dan satu suku kalimat yang tidak
bebas. Kedua kalimat tersebut memiliki pola hubungan yang tidak sederajat.
Bagian yang memiliki kedudukan lebih penting (inti gagasan) disebut sebagai
klausa utama (induk kalimat). Bagian yang lebih rendah kedudukakannya disebut
dengan klausa sematan (anak kalimat).
Ada beberapa
penanda hubungan / konjungsi yang dipergunakan oleh kalimat majemuk bertingkat,
yaitu:
1. Waktu : ketika,
sejak
2. Sebab:
karena, Olehkarenaitu, sebab, oleh sebab itu
3. Akibat:
hingga, sehingga, maka
4. Syarat:
jika, asalkan, apabila
5.
Perlawanan: meskipun, walaupun
6.
Pengandaian: andaikata, seandainya
7. Tujuan:
agar, supaya, untukbiar
8.
Perbandingan: seperti, laksana, ibarat, seolah‐olah
9.
Pembatasan: kecuali, selain
10. Alat:
dengan+ katabenda: dengan tongkat
11.
Kesertaan: dengan+ orang
Contoh:
- Walaupun
komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern, para hacker masih dapat
mengacaukan data-data komputer itu.
Induk kalimat:
Para hacker masih dapat mengacaukan data-data komputer itu.
Anak
kalimat: Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern.
2.3 Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat majemuk
campuran terdiri atas kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat
atau kebalikannya.
Contoh:
-
Karena hari sudah malam, kami berhenti dan langsung pulang.
KMS: Kami
berhenti dan langsung pulang.
KMC: Kami
berhenti karena hari sudah malam.
.
.
C.
Berdasarkan Isi atau Fungsinya
Kalimat dapat
dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu:
1. Kalimat
Perintah
Kalimat perintah
adalah kalimat yang bertujuan memberikan perintah kepada orang lain untuk
melakukan sesuatu. Kalimat perintah biasanya diakhiri dengan tanda seru (!)
dalam penulisannya. Sedangkan dalam bentuk lisan, kalimat perintah ditandai
dengan intonasi tinggi.
Macam-macam
kalimat perintah :
* Kalimat perintah
biasa, ditandai dengan partikel lah.
Contoh :
Gantilah bajumu !
* Kalimat
larangan, ditandai dengan penggunaan kata jangan.
Contoh Jangan
membuang sampah sembarangan !
* Kalimat ajakan,
ditandai dengan kata mohon, tolong, silahkan.
Contoh :
Tolong temani nenekmu di rumah !
2.
Kalimat Berita
Kalimat berita
adalah kalimat yang isinya memberitahukan sesuatu. Dalam penulisannya, biasanya
diakhiri dengan tanda titik (.) dan dalam pelafalannya dilakukan dengan
intonasi menurun. Kalimat ini mendorong orang untuk memberikan tanggapan.
Macam-macam
kalimat berita :
* Kalimat berita
kepastian
Contoh :
Nenek akan datang dari Bandung besok pagi.
* Kalimat berita
pengingkaran
Contoh : Saya
tidak akan datang pada acara ulang tahunmu.
* Kalimat berita
kesangsian
Contoh :
Bapak mungkin akan tiba besok pagi.
* Kalmat berita
bentuk lainnya
Contoh : Kami
tidak taahu mengapa dia datang terlambat.
3.
Kalimat Tanya
Kalimat tanya
adalah kalimat yang bertujuan untuk memperoleh suatu informasi atau reaksi
(jawaban) yang diharapkan. Kalimat ini diakhiri dengan tanda tanya(?) dalam
penulisannya dan dalam pelafalannya menggunakan intonasi menurun. Kata tanya
yang dipergunakan adalah bagaimana, dimana, berapa, kapan.
Contoh:
- Mengapa
gedung ini dibangun tidak sesuai dengan disainnya?
4.
Kalimat Seruan
Kalimat seruan
adalah kalimat yang digunakan untuk mengungkapakan perasaa ‘yang kuat’ atau
yang mendadak. Kalimat seruan biasanya ditandai dengan intonsi yang tinggi
dalam pelafalannya dan menggunakan tanda seru (!) atau tanda titik (.) dalam
penulisannya.
Contoh:
- Aduh,
pekerjaan rumah saya tidak terbawa.
D.
Berdasarkan Unsur Kalimat
Kalimat dapat
dibedakan ke dalam 2 jenis, yaitu:
1. Kalimat
Lengkap
Kalimat lengkap
adalah kalimat yang sekurang-kurangnya terdiri dari satu buah subyek dan
satu buah predikat. Kalimat Majas termasuk ke dalam kalimat lengkap.
Contoh :
- Mahasiswa
berdiskusi di dalam kelas.
.
S
P
K
2. Kalimat
Tidak Lengkap
Kalimat tidak
lengkap adalah kalimat yang tidak sempurna karena hanya memiliki subyek saja,
atau predikat saja, atau objek saja atau keterangan saja. Kalimat tidak lengkap
biasanya berupa semboyan, salam, perintah, pertanyaan, ajakan, jawaban, seruan,
larangan, sapaan dan kekaguman.
Contoh:
- Selamat sore
- Silakan Masuk!
E.
Berdasarkan Susunan S-P
Kalimat dapat
dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1.
Kalimat Versi
Kalimat versi
adalah kalimat yang predikatnya mendahului subjeknya. Kata atau frasa tertentu
yang pertama muncul akan menjadi kunci yang akan mempengaruhi makna untuk
menimbulkankesan tertentu, dibandingkan jika kata atau frasa ditempatkan pada
urutan kedua. Kalimat ini biasanya dipakau untuk penekanan atau ketegasan
makna.
Contoh:
- Ambilkan
koran di atas kursi itu!
.
P
S
2.
Kalimat Inversi
Kalimat inversi
adalah kalimat yang susunan dari unsur-unsur kalimatnya sesuai dengan pola
kalimat dasar bahasa Indonesia (S-P-O-K).
Contoh:
- Penelitian
ini dilakukan mereka sejak 2 bulan yang lalu.
.
S
P
O
K
F.
Berdasarkan Bentuk Gaya Penyajiannya (Retorikanya)
Kalimat dapat
dibedakan menjadi 3 jenis yaitu:
1.
Kalimat Yang Melepas
Kalimat yang
melepas terbentuk jika kalimat tersebut disusun dengan diawali oleh unsur utama
(induk kalimat) dan diikuti oleh unsur tambahan (anak kalimat). Unsur anak
kalimat ini seakan-akan dilepaskan saja oleh penulisnya. Jika unsur anak
kalimat tidak diucapkan, kalimat itu sudah bermakna lengkap.
Contoh;
- Saya akan
dibelikan vespa oleh Ayah jika saya lulus ujian sarjana.
2. Kalimat
yang Klimaks
Kalimat klimaks
terbentuk jika kalimat tersebut disusun dengan diawali oleh anak kalimat dan
diikuti oleh induk kalimat. Kalimat belum dapat dipahami jika hanya membaca
anak kalimatnya. Sebelum kalimat itu selesai, terasa masih ada sesuatu yang
ditunggu, yaitu induk kalimat. Oleh karen itu, penyajian kalimat ini terasa
berklimaks dan terasa membentuk ketegangan.
Contoh:
-
Karena sulit kendaraan, ia datang terlambat ke kantornya.
3. Kalimat
Yang Berimbang
Kalimat yang
berimbang disusun dalam bentuk kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk
campuran, Struktur kalimat ini memperlihatkan kesejajaran yang sejalan dan
dituangkan ke dalam bangun kalimat yang simetri.
Contoh:
-
Bursa saham tampaknya semakin bergairah, investor asing dan domestik berlomba
melakukan transaksi, dan IHSG naik tajam.
G.
Berdasarkan Subjeknya
Kalimat dapat
dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1.
Kaliamat Aktif
Kalimat
aktif adalah kalimat yang subjeknya melakukan suatu pekerjaan/tindakan.
Kalimat ini biasanya memiliki predikat berupa kata kerja yang berawalan me- dan
ber-. Predikat juga dapat berupa kata kerja aus (kata kerja yang tidak
dapat dilekati oleh awalan me–saja), misalnya pergi, tidur, mandi,
dll (kecuali makan dan minum).
Contoh:
- Mereka
akan berangkat besok pagi.
- Kakak
membantu ibu di dapur.
Kalimat
aktif dibedakan menjadi 2, yaitu:
1.1 Kalimat
Aktif Transitif
Kalimat aktif
transitif adalah kalimat yang dapat diikuti oleh objek penderita (O1). Predikat
pada kalimat ini biasanya berawalam me- dan selalu dapatt dirubah menjadi
kalimat pasif.
Contoh:
Eni mencuci piring.
.
S
P O1
1.2 Kalimat
Aktif Intransitif
Kalimat aktif
intransitif adalah kalimat yang tidak dapat diikuti oleh objek penderita
(O1). Predikat pada kalimat ini biasanya berawaln ber-. Kalimat yang berawalan
me- tidak diikuti dengan O1. Kalimat ini tidak dapat dirubah menjadi kalimat
pasif.
Contoh:
- Mereka
berangkat minggu depan.
.
S
P
K
1.3 Kalimat
Semi Transitif
Kalimat ini tidak
dapat dirubah menjadi kal pasif karena disertai oleh pelengkap bukan objek.
Contoh:
- Dian
kehilangan pensil.
.
S
P Pel.
2.
Kalimat Pasif
Kalimat pasif
adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan/tindakan. Kalimat ini biasanya
memiliki predikat berupa kata kerja berawalan di- dan ter- dan diikuti oleh
kata depan oleh.
Kalimat pasif dapat
dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
2.1 Kalimat
Pasif Biasa
Kalimat pasif ini
biasanya diperoleh dari kalimat aktif transitif. Predikat pada kalimat ini
berawalan di-,ter-,ke-an.
Contoh:
- Piring
dicuci Eni.
.
S P O2
2.2 Kalimat
Pasif Zero
Kalimat pasif zero
adalah kalimat yang objek pelakunya(O2) melekat berdekatan dengan O2 tanpa
disisipi dengan kata lain. Predikat pada kalimat ini berakhiran -kan dan akan
terjadi penghilangan awalan di-. Predikatnya juga dapat berupa kata dasar
berkelas kerja kecuali kata kerja aus. Kalimat pasif zero ini berhubungan
dengan kalimat baku.
Contoh:
- Ku pukul
adik.
.
O2 P S
Cara mengubah
kalimat aktif menjadi kalimat pasif :
1. Subjek
pada kalimat aktif dijadikan objek pada kalimat pasif.
2. Awalan
me- diganti dengan di-.
3. Tambahkan
kata oleh di belakang predikat.
4. Jika
subjek kalimat akrif berupa kata ganti maka awalan me- pada predikat dihapus,
kemudian subjek dan predikat dirapatkan.
Paragraf (Alenia) merupakan kumpulan suatu kesatuan pikiran yang lebih tinggi dan lebih luas dari pada kalimat. Alenia merupakan kumpulan kalimat, tetapi kalimat yang bukan sekedar berkumpul, melainkan berhubungan antara yang satu dengan yang lain dalam suatu rangkaian yang membentuk suatu kalimat, dan juga bisa disebut dengan penuangan ide penulis melalui kalimat atau kumpulan alimat yang satu dengan yang lain yang berkaitan dan hanya memiliki suatu topic atau tema. Paragraf juga disebut sebagai karangan singkat.
Dalam
paragraph terkandung satu unit pikiran yang didukung oleh semua kalimat dalam
kalimat tersebut, mulai dari kalimat pengenal, kalimat utama atau kalimat
topic, dan kalimat penjelas sampai kalimat penutup. Himpunan kalimat ini saling
berkaitan dalam satu rangkaian untuk membentuk suatu gagasan.
Panjang
pendeknya suatu paragraph akan ditentukan oleh banyak sedikitnya gagasan pokok
yang diungkapkan. Bila segi-seginya banyak, memang layak kalau alenianya
sedikit lebih panjang, tetapi seandainya sedikit tentu cukup dengan beberapa
kalimat saja.
B. Struktur/Jenis-Jenis Paragraf (Alinea)
B. Struktur/Jenis-Jenis Paragraf (Alinea)
Deduktif
Struktur
paragraph yang bersifat deduktif ini dimulai oleh kalimat inti, kemudian
diikuti uraian, penjelasan argumentasi, dan sebagainya. Dimulai dengan
pernyataan (yang tentunya brsifat umum), kemudian kalimat-kalimat berikutnya
berusaha membuktikan pernyataan tadi dengan menyebutkan hal-hal khusus, atau
detail-detail seperlunya.
contoh paragraf deduktif
contoh paragraf deduktif
Isle Royale, pulau terbesar di Danau Superior,
Amerika Serikat, merupakan rumah bagi sejumlah binatang yang secara alamiah
bermusuhan. Rusa
besar yang gemar makan tumbuh-tumbuhan dan serigala yang gemar memangsa rusa
besar sudah hidup berdampingaan di situ selama lebih dari 50 tahun.
Induktif
Struktur paragraph yang bersifat induktif adalah kebalikan dari pola yang bersifat deduktif. Pola ini tidak dimulai dengan kalimat inti, dimulai dengan menyebutkan hal-hal khusus atau uraian yang merupakan anak tangga untuk mengantarkan pembaca kepada gagasan pokok yang terdapat pada kalimat inti di akhir alenia. Jadi anak-anak tangga itu disusuk untuk mencapai klimaks.
Struktur paragraph yang bersifat induktif adalah kebalikan dari pola yang bersifat deduktif. Pola ini tidak dimulai dengan kalimat inti, dimulai dengan menyebutkan hal-hal khusus atau uraian yang merupakan anak tangga untuk mengantarkan pembaca kepada gagasan pokok yang terdapat pada kalimat inti di akhir alenia. Jadi anak-anak tangga itu disusuk untuk mencapai klimaks.
contoh
paragraf induktif
Dengan
berkembangnya teknologi komunikasi melalui televisi, waktu anak-anaak membaca
buku sangat berkurang. Penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa televisi
menyala rata-rata selama tujuh seperempat jam setiap hari. Padahal seorang
dokter spesialis anak dan pakar peneliti dalam bidang perkembangan anak dari
Universitas Harvard, dr. Berry Brazelton, mengemukakan baahwa satu jam
merupakan batas menonnton maksimal bagi anak-anak usia lima sampai enam tahun.
Lebih dari satu jam, tayangan-tayangan televisi menjadi semacam racun yang
mereduksi kemampuan daya nalar dan kemampuan berpikir kritis dan ilmiah. Oleh karena itu, hal yang sangat diperlukan
dalam membaca buku, selain ketersediaan buku, ialah waktu.
Deduktif dan Induktif (campuran)
Pola
paragraph yang ketiga ini adalah gabungan dari dua pola diatas (1, dan 2). Di
sini, pada kalimat pertama (sebagai kalimat inti) gagasan pokok telah
dinyatakan; tetapi pada kalimat terakhir, kembali diulang sekali gagasan pokok
tersebut.
contoh
paragraf Deduktif dan Induktif (campuran)
Saat ini Indonesia sedang berusaha membangkitkan
perekonomiannya. Banyak
usaha yang dilakukan, mulai dari menekan jumlah barang import yang mengalahkan
pemakaian barang lokal. Pemerintah juga meluaskan lapangan pekerjaan, agar
sumber daya manusia (SDM) dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk
pembangunan Negara. Bagia pelaku korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) yang
sangat merugikan perekonomian Negara tentunya akan diberikan sanksi tegas.
Karna yang kita ketahui Indonesia terpuruk akibat KKN yang terjadi di segala
institusi. Oleh karena itu, dengan
usaha yang dilakukan sekarang diharapkan Indonesia dapat membangkitkan
perekonomiannya.
PENGERTIAN
WACANA
Pengertian Wacana:
1. Kamus Besar Bahasa Indonesia
Di dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia dinyatakan bahwa wacana merupakan kelas kata benda
(nomina) yang mempunyai arti sebagai berikut :
a) Ucapan; perkataan; tuturan;
b) Keseluruhan tutur yang merupakan suatu
kesatuan;
c) Satuan bahasa terlengkap, realisasinya
tampak pada bentuk karangan yang uttuh, seperti novel, buku, atau artikel.
Pada pengertian
ketiga tidak jauh berbeda apabila dibandingkan dengan apa yang tertuang di
dalam Kamus Linguistik susunan Harimurti Kridalaksana. Tampak pada batasan
tersebut bahwa keutuhan atau kelengkapan makna di dalam sebuah wacana merupakan
syarat penting yang harus dimilikinya. Di samping itu secara tegas dinyatakan
bahwa wacana merupakan satuan bahasa terlengkap, wujud konkretnya berupa novel,
buku, artikel, dan sebagainya.
Contoh
:”Kekerapan pemakaian sebuah kata hampir tidak dapat diramalkan karena
hal itu amat bergantung pada perkembangan kebutuhan dan cita rasa
masyarakat pemakainya. Bisa jadisebuah kata yang dulu amat kerap digunakan,
kini hampir tak terdengar lagi dan pada masa yangakan datang mungkin kata itu
akan hilang dari pemakaian”.
Jenis-jenis
wacana:
1)
Wacana langsung (direct speech, direct discourse)Wacana langsung adalah
wacana yang sebenarnya dibatasi oleh intonasi atau pungtuasi.Contoh: Salim berkata, “Saya akan datang.”
(2)
Wacana pembeberan (expository discourse)Wacana pembeberan adalah wacana
yang tidak mementingkan waktu dan penutur, berorientasi pada pokok
pembicaraan, dan bagian-bagiannya diikat secara logis.
(3)
Wacana penuturan (narrative discourse)Wacana penuturan adalah wacana
yang mementingkan urutan waktu, dituturkan oleh persona pertama atau
ketiga dalam waktu tertentu, berorientasi pada pelaku, dan seluruh bagiannya
diikatoleh kronologi.
(4)
Wacana tidak langsung (indirect discourse)Wacana tidak langsung adalah
pengungkapan kembali wacana tanpa mengutip secara harfiahkata-kata yang dipakai
oleh pembicara, mempergunakan konstruksi gramatikal atau kata tertentu,antara lain
klausa subordinatif, kata bahwa, dan sebagainya.
Contoh:
Salim berkata bahwa ia akan datang.
Langganan:
Postingan (Atom)